Kamera mirrorless mungil ini terlihat pas jika dipaketkan lensa 16-50mm powerzoom. Tampak depan ada dudukan lensa E-mount, di belakang ada tombol MENU, movie, roda ganti setting, D pad, tombol DELETE dan HELP. Untuk berganti mode bisa menekan tombol OK kemudian memutar roda.
Satu-satunya cara untuk memotret adalah dengan memakai live view lewat LCD utama. Karena layar di A5100 memiliki aspek rasio 16:9 maka hasil foto dengan aspek rasio 3:2 akan meninggalkan baris hitam di kiri dan juga kanan layar, yang secara jeli dimanfaatkan oleh Sony untuk indikator setting.
Menu dan Fitur
Menu disusun mendatar dengan berbagai macam tab dan nomor. Tidak ada My Menu ataupun Custom Menu sehingga kita harus hafal setting favorit itu ada di tab apa dan juga nomor berapa. Pengaturan video juga lengkap, dengan opsi format video XAVC S, AVCHD dan MP4. Untuk AVCHD kita dapat memilih berbagai frame rate seperti 25p, 50i dan 50p. Perhatikan kalau format XAVC S tidak dapat memakai fitur Dual Video REC. Pada Shooting Mode kita dapat beralih dari Intelligent Auto, Superior Auto, P, A, S, M, Movie Mode, Sweep Panorama dan Scene Selection.
Kinerja dan performa
Kinerja kamera A5100 sangat responsif, tidak terasa shutter lag, auto fokus cepat seperti prediksi kami. Dengan kemampuan tembak sampai 6 foto per detik maka kamera pemula ini sudah bisa menyamai DSLR kelas semi pro. Kemampuan lampu kilat memang agak terbatas, paling hanya untuk bisa menerangi obyek yang jaraknya sampai 2-3 meter saja.
Urusan sensor 24 MP sudah setara dengan kamera modern lain yang memiliki ciri kualitas ISO tinggi. Kami menguji berbagai macam setting dari ISO 100 hingga ISO 25600 dan terlihat memuaskan, warna dan juga detail tetap terjaga di ISO 3200 sampai ISO 6400.
Kesimpulan
Sony A5100 menunjukkan kinerja cepat dengan auto fokus yang modern tidak hanya milik kamera kelas mahal saja. Sebagai kamera modern, kita bisa menikmati sensor 24 MP yang detail, ISO tinggi yang masih layak, fitur WiFi, NFC serta prosesor yang cepat. Sayangnya layar sentuh di A5100 ini hanya dapat memilih titik fokus dan memotret saja.
Fitur lain yang agak mengejutkan adalah kemampuan videonya, dimana kita dapat mengatur eksposur secara manual ketika merekam video, memilih format pro XAVC S dan dual recording di mode AVCHD. Sayangnya saat sedang merekam video, kamera ini tidak bisa ‘dipaksa’ untuk mengambil foto juga. Kekurangan kecil adalah baterai yang ukurannya relatif kecil.